"Waktu itu saya mikir. Ini anak keinginannya kuat banget dengan apa yang diinginkan," kata Sang Kakak.

Untuk generasi kelahiran tahun 1970-an ada sepatu terkenal yang menjadi style anak - anak muda dimasa itu. Nama merek sepatu ini adalah Docmart.

Sepatu Docmart adalah sepatu boots kulit berplatform tinggi yang terkenal identik dengan gaya anak band Inggris beraliran punk. Sepatu ini juga dikenal sebagai sepatu Dr. Martens, Docs, atau DM.

Bahannya terbuat dari kulit sintetis. Sedangkan bagian dalamnya dilapisi dengan bahan Merimis yang lembut tapi kuat dan tahan lama. Bagian insole terbuat dari foam yang empuk dan nyaman. Sedangkan bagian outsole terbuat dari karet berkualitas yang anti selip.

Fahmi Hakim punya sejarah dengan sepatu ini. Peristiwa ini terjadi ketika Fahmi masih remaja dan punya hasrat tinggi memiliki sepatu ini. Meski anak kampung tapi seleranya tinggi.

Fahmi remaja pun menyampaikan kepada Kakak yang saat itu bekerja di Jakarta. Fahmi pun berangkat ke Jakarta dengan tujuan utam minta dibelikan sepatu Docmart.

Sesampai di Jakarta, sang Kakak mengajak makan siang disalah satu warteg. "Selesai maka saya kasih uang dia (Fahmi) saya suruh cari sendiri di Kawasan Pasar Senen, Jakarta," kenang sang Kakak.

Namun mencari sepatu branded dengan harga miring tidak mudah. Fahmi masuk dari satu toko ke toko lain tapi menjelang sore sepatu impiannya tak kunjung didapatkan.

Bukan Fahmi kalau menyerah ketika belum mendapatkan apa yang dia inginkan. "Waktu itu saya mikir. Ini anak keinginannya kuat banget dengan apa yang diinginkan," kata Sang Kakak.

Fahmi pun kembali muter - muter mencari sepatu Docmart hingga menjelas Maghrib baru ia dapatkan sepatu tersebut. Asal tahu saja, proses pencarian sepatu Docmart bukan dengan kendaraan melainkan jalan kaki.

Sekadar diketahui, sepatu asal Inggris ini masih dijual sampai sekarang dengan harga sekira Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Sepatu Docmart sendiri dibuat dari bahan kulit berkualitas, sehingga tahan lama dan awet selama dipakai.

Dari cerita nostalgia ini, bisa kita menyerap hikmahnya bahwa lelah boleh tapi tidak boleh menyerah. Inilah prinsip Fahmi yang menjadi karakternya sampai sekarang.

Karena spirit sebenarnya yang dikejar bukan soal sepatunya, melainkan apa rasanya memakai sepatu terkenal dimasa itu.